Krisis Tenaga Kerja Muda di Sektor Pertanian

 

Krisis Tenaga Kerja Muda di Sektor Pertanian

Septia Ika Ramadhani

NIM : 241510301015

Prodi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

 

PENDAHULUAN

Pertanian merupakan industri primer yang mencakup pengorganisasian sumber daya tanah, air, dan mineral, serta modal dalam berbagai bentuk, pengelolaan dari  tenaga kerja untuk memproduksi dan memasarkan berbagai barang yang diperlukan oleh manusia (Srihidayati, 2022). Dalam kegiatan pertanian diperlukann tenaga kerja manusia untuk menjalankan kegiatan pertanian tersebut. Tanpa adanya tenaga kerja kegiatan pertanian akan sulit dilakukan, walaupun sudah menggunakan teknologi tetap diperlukan tenaga kera manusia. Umur tenaga kerja pertanian di Indonesia berada di umur kerja produktif yaitu 15-64 tahun.

Perkembangan  tenaga  kerja  sektor  pertanian di  Indonesia  pada  tahun  2016-2020 mengalami fluktuasi dimana  pada  tahun  2017  sebesar -4,88  persen,  pada  tahun  2018 sebesar 1,82 persen, menurun sebesar 3,08 persen pada tahun 2019 dan pada tahun 2020 meningkat menjadi 7,92 persen (Adha dan Andiny, 2022). Fluktuasi terjadi karena banyak anak muda yang lebih memilih bekerja di sektor lain daripada di sektor pertanian, dan juga banyaknya petani yang sudah mulai menua. Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa generasi muda enggan terjun di sektor pertanian. Seperti, rendahnya pendapatan, hilangnya minat, dan terbatasnya akses teknologi. Karena faktor tersebut, bisa mengancam keberlanjutan sektor pertanian kedepannya nanti.

 

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber daya manusia yang dapat   mendukung   proses   produksi   dipengaruhi oleh faktor pendidikan, keahlian dan keterampilan. Tingkat    pendidikan    memiliki    pengaruh    positif terhadap   pemikiran,   perilaku,   sikap,   dan   pola perilaku (Abidin, 2021). Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka pemikirannya lebih terbuak untuk hal-hal baru. Kita membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki priteria tersebut untuk memajukan sektor pertanian dan membuat inovasi-inovasi baru yang ada pada sektor pertanian. Dengan adanya inovasi-inovasi baru tersebut bisa menarik generasi muda untuk masuk ke sektor pertanian, dikarenakan pada saat ini kita mengalami kisis tenaga kerja pertanian.

Krisis tenaga kerja pertanian “petani muda” di sektor pertanian mengarah pada penuaan petani. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin banyak petani yang berusia tua dan sedikitnya generasi muda yang mau menggantikan generasi tua untuk bekerja di sektor  pertanian (Maihani, 2021). Berkurangnya tenaga kerja di pertanian akan perdampak pada ketahan pangan di Indonesia. Karena, jumlah hasil produksi pertanian akan menurun dan akan terjadi ketidakseimbangan antara hasil produksi dan permintaan masyarakat. Dalam jangka pendek masih bisa dilakukan impor bagi kebutuhan pertanian yang berkurang, tetapi dalam jangka panjang itu bukanlah solusi yang tepat dan jika tidak segera dilakukan penanganan akan berdampak pada ketahan pangan di Indonesia (Setiani et al., 2021).

 

PEMBAHASAN

Pada kegiatan pertanian sumber daya manusia sangatlah diperlukan, dengan adanya hal tersebut diperlukan adanya regenerasi petani. Namun, terjadi masalah pada proses regenerasi petani. Dimana para generasi muda enggan untuk bekerja di sektor pertanian, hal tersebut tentu saja akan membuat proses regenerasi petani bisa terhambat. Faktor penyebab tenaga kerja muda enggan berkerja di sektor pertanian seperti kurangnya luas lahan yang tersedia, tingkat upah yang rendah, ketidakcocokan dengan pendidikan yang sudah ditempuh, industri pertanian yang kurang berkembang, terbatasnya dukungan seperti pembiayaan maupun pengarahan tentang pertanian serta kurang lengkapnya infrastruktur produksi (Nawawi et al., 2022).

Berdasarkan faktor tersebut, dapat membuat generasi muda enggan masuk sektor pertanian. Sehingga akan memberikan dampak pada sektor pertanian itu sendiri seperti penurunan produktivitas pertanian karena keterbatasan fisik dan adaptasi teknologi. Hal ini berdampak pada berkurangnya produksi pangan, melemahnya ketahanan pangan, dan meningkatkan risiko terjadinya krisis pangan, terutama saat terjadi gangguan seperti bencana alam atau pandemi. Selain itu, keberlanjutan sektor pertanian juga terancam karena kurangnya transfer pengetahuan dan rendahnya adopsi teknologi baru akibat minimnya partisipasi petani muda. Ketidakhadiran generasi muda juga menyebabkan lambatnya inovasi di sektor pertanian, yang mengurangi daya saing pertanian Indonesia di pasar global (Octaviani dan Rozci, 2023).

Menanggapi dampak krisis tenaga kerja muda tersebut diperlukan solusi secepatnya agar regenerasi petani muda bisa terus berjalan dan kegiatan pertanian bisa terus berjalan seterusnya dan dampak tersebut bisa segera diatasi. Berikut adalah solusi untuk menarik minat generasi muda pada sektor pertanian. Salah satu langkah utama adalah modernisasi pertanian melalui pemanfaatan teknologi pertanian digital, seperti drone, Internet of Things (IoT), dan aplikasi berbasis data. Hal ini dapat mengubah citra pertanian dari pekerjaan tradisional menjadi sektor inovatif yang sesuai dengan minat generasi milenial. Pemberian insentif ekonomi seperti kredit usaha tani tanpa agunan, subsidi pupuk, alat pertanian modern, dan akses mudah terhadap lahan pertanian juga menjadi solusi penting, terutama bagi petani muda yang baru memulai usaha tani. Pendidikan dan pelatihan vokasional juga perlu diperkuat, dengan menekankan pada kewirausahaan pertanian (agripreneurship), pengelolaan usaha, dan pemasaran digital (Isu dan Rochadi, 2022).

 

KESIMPULAN

Regenerasi petani merupakan hal penting untuk menjaga keberlanjutan sektor pertanian. Namun, rendahnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor ini menjadi hambatan serius. Faktor-faktor seperti keterbatasan lahan, rendahnya pendapatan, ketidakcocokan dengan latar belakang pendidikan, minimnya dukungan pembiayaan, dan kurangnya infrastruktur produksi menjadi penyebab utama enggannya generasi muda terjun ke dunia pertanian. Kondisi ini berdampak pada menurunnya produktivitas, melemahnya ketahanan pangan, lambatnya adopsi teknologi, dan terancamnya keberlanjutan pertanian nasional.

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan langkah strategis seperti modernisasi pertanian dengan teknologi digital, pemberian insentif ekonomi yang ramah petani muda, serta penguatan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan pertanian. Dengan pendekatan ini, diharapkan generasi muda tertarik kembali pada sektor pertanian dan mampu menjadi motor penggerak pertanian masa depan.


DAFTAR PUSTAKA

Srihidayati, G. (2022). Analisis Pengaruh Sektor Pertanian terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Wanatani2(1), 21-26.

Adha, A. A., & Andiny, P. (2022). Pengaruh Tenaga Kerja dan Investasi di Sektor Pertanian terhadap Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian di indonesia. Jurnal Samudra Ekonomika6(1), 40-49.

Maihani, S., Jamilah, M., & Yamani, S. A. Z. (2021). Krisis tenaga kerja pertanian petani muda masa depan. Jurnal Sains Pertanian5(2), 85-91.

Abidin, M. Z. (2021). Pemulihan ekonomi nasional pada masa pandemi covid-19: Analisis produktivitas tenaga kerja sektor pertanian. Indonesian Treasury Review: Jurnal Perbendaharaan, Keuangan Negara Dan Kebijakan Publik6(2), 117-138.

Setiani, S. Y., Pratiwi, T., & Fitrianto, A. R. (2021). Tenaga Muda Pertanian dan Ketahanan Pangan di Indonesia. Cakrawala15(2), 95-108.

Nawawi, F. A., Alfira, Z. N., & Anneja, A. S. (2022). Faktor penyebab ketidaktertarikan generasi muda pada sektor pertanian serta penanganannya. In Prosiding Seminar Nasional Ilmu Ilmu Sosial (SNIIS) (Vol. 1, pp. 585-593).

Isu, T. D., & Rochadi, D. S. (2022). Krisis Petani Muda Dalam Pembangunan Sektor Pertanian Di Indonesia.

Oktaviani, D. A., & Rozci, F. (2023). Analisis Penyebab Menurunnya Minat dan Partisipasi Generasi Muda dalam Sektor Pertanian: Analysis of the Causes of Decreasing Interest and Participation of Young Generation in the Agricultural Sector. Jurnal Ilmiah Manajemen Agribisnis11(1), 48-56.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daily life as anak rantau pulkam

ketimpangan akses kredit dan modal dalam usaha tani